Tampilkan postingan dengan label Amalan Ibadah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Amalan Ibadah. Tampilkan semua postingan

Kamis, 22 Desember 2016

Kecil-Kecil Sudah Naik Haji Dalam Pandangan Islam





Fatwa Syaikh Abdul Aziz bin Baz

Soal:

Apakah anak kecil yang belum baligh bila naik haji sudah dianggap menunaikan haji wajib yang merupakan rukun Islam?

Jawab:

Anak kecil boleh naik haji. Ketika ia sudah paham tentang ibadah haji lalu ia menunaikan haji, itu menjadi ibadah nafilah (sunnah) baginya. Dan ia mendapatkan pahala dari ibadah hajinya. Namun tidak membuatnya dianggap sudah menunaikan haji wajib yang merupakan rukun Islam. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

أيما صبي حج ثم بلغ الحنث فعليه أن يحج حجة أخرى

“anak kecil manapun yang berhaji kemudian setelah baru mencapai baligh, maka ia wajib untuk berhaji lagi” (HR. Al Baihaqi no. 9865).


http://files.buktidansaksi.com/haji.jpg

Dan seorang shahabiyah pernah bertanya kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, ketika itu shahabiyah tersebut bersama seorang anak kecil, ia bertanya: “apakah anak ini hajinya sah?“. Nabi menjawab:

نعم ولك أجر

“Iya, dan engkau juga mendapat pahala” (HR. Muslim no. 1336).

Dan para sahabat juga berkata:

كنا نلبي عن الصبيان ونرمي عنهم

“Dahulu kami men-talbiyahkan anak-anak dan melempar jumrah untuk mereka“.

***

Sumber: http://www.binbaz.org.sa/fatawa/662

Penerjemah: Yulian Purnama




Sumber | republished by (YM) Yes Muslim !





Fatwa Syaikh Abdul Aziz bin Baz

Soal:

Apakah anak kecil yang belum baligh bila naik haji sudah dianggap menunaikan haji wajib yang merupakan rukun Islam?

Jawab:

Anak kecil boleh naik haji. Ketika ia sudah paham tentang ibadah haji lalu ia menunaikan haji, itu menjadi ibadah nafilah (sunnah) baginya. Dan ia mendapatkan pahala dari ibadah hajinya. Namun tidak membuatnya dianggap sudah menunaikan haji wajib yang merupakan rukun Islam. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

أيما صبي حج ثم بلغ الحنث فعليه أن يحج حجة أخرى

“anak kecil manapun yang berhaji kemudian setelah baru mencapai baligh, maka ia wajib untuk berhaji lagi” (HR. Al Baihaqi no. 9865).


http://files.buktidansaksi.com/haji.jpg

Dan seorang shahabiyah pernah bertanya kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, ketika itu shahabiyah tersebut bersama seorang anak kecil, ia bertanya: “apakah anak ini hajinya sah?“. Nabi menjawab:

نعم ولك أجر

“Iya, dan engkau juga mendapat pahala” (HR. Muslim no. 1336).

Dan para sahabat juga berkata:

كنا نلبي عن الصبيان ونرمي عنهم

“Dahulu kami men-talbiyahkan anak-anak dan melempar jumrah untuk mereka“.

***

Sumber: http://www.binbaz.org.sa/fatawa/662

Penerjemah: Yulian Purnama




Sumber | republished by (YM) Yes Muslim !

Bolehkah Menunda Shalat Karena Sibuknya Pekerjaan?




Fatwa Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin

Soal:

Apa hukum menunda shalat karena pekerjaan?

Jawab:

Jika penundaan shalat tersebut masih dalam rentang awal hingga akhir waktu, dan shalat masih dikerjakan pada waktunya, maka tidak mengapa. Karena menyegerakan shalat di awal waktu adalah perkara afdhaliyah (hal yang utama), tidak sampai wajib. Ini jika tidak ada shalat jama’ah di masjid. Jika ada shalat jama’ah di masjid, maka wajib menghadiri shalat jama’ah. Kecuali bila ia memiliki udzur syar’i untuk tidak menghadiri shalat jama’ah.

Jika penundaan shalat tersebut sampai keluar dari waktunya, maka ini tidak diperbolehkan. Kecuali jika seseorang itu lupa atau tenggelam dalam kesibukannya sehingga terlewat dari shalat, dalam hal ini Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

من نام عن صلاة أو نسيها فليصلها إذا ذكرها

“barangsiapa yang tertidur hingga ia melewatkan shalat, atau terlupa, maka hendaknya ia shalat ketika ia ingat”

Maka untuk kasus demikian, ketika ia ingat, segeralah ia kerjakan shalat, dan ini tidak mengapa.


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiEVisBTS-ui61k-Y2ao0yrh4_XxIXxHa04Ln9yy2VBSMZQQlH9VFYXj8CnXkb8UBtvk9ogKiRxVq8701ufBXLDEDPJkyGJeuUA7Y4CjJwaHy10QF2WuTRZxbHh5rSJABF5mWxitCxfXa0/s640/shalat1.jpg

Namun jika kasusnya, ia sebenarnya ingat waktu shalat, namun karena alasan sibuk dengan pekerjaan lalu ia tunda shalatnya (hingga keluar dari waktunya) maka ini haram dan tidak boleh. Andaikan ia tetap mengerjakan shalat setelah habis waktunya, shalatnya tetap tidak diterima. Berdasarkan sabda Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam:

من عمل عملاً ليس عليه أمرنا فهو رد

“barangsiapa mengamalkan amalan yang tidak ada perintahnya dari kami, maka ia tertolak”

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan bahwa orang yang sengaja menunda shalat sehingga keluar dari waktunya tanpa udzur syar’i maka ia tidak bisa mengganti shalat tersebut. Karena sudah keluar dari waktu yang diperintahkan oleh syariat untuk mengerjakannya tanpa udzur, sehingga ia menjadi amalan yang tidak diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya.

Wallahul muwaffiq.

***



Sumber: http://islamancient.com/newsite/play.php?catsmktba=10316

Penerjemah: Yulian Purnama



Sumber | republished by (YM) Yes Muslim !




Fatwa Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin

Soal:

Apa hukum menunda shalat karena pekerjaan?

Jawab:

Jika penundaan shalat tersebut masih dalam rentang awal hingga akhir waktu, dan shalat masih dikerjakan pada waktunya, maka tidak mengapa. Karena menyegerakan shalat di awal waktu adalah perkara afdhaliyah (hal yang utama), tidak sampai wajib. Ini jika tidak ada shalat jama’ah di masjid. Jika ada shalat jama’ah di masjid, maka wajib menghadiri shalat jama’ah. Kecuali bila ia memiliki udzur syar’i untuk tidak menghadiri shalat jama’ah.

Jika penundaan shalat tersebut sampai keluar dari waktunya, maka ini tidak diperbolehkan. Kecuali jika seseorang itu lupa atau tenggelam dalam kesibukannya sehingga terlewat dari shalat, dalam hal ini Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

من نام عن صلاة أو نسيها فليصلها إذا ذكرها

“barangsiapa yang tertidur hingga ia melewatkan shalat, atau terlupa, maka hendaknya ia shalat ketika ia ingat”

Maka untuk kasus demikian, ketika ia ingat, segeralah ia kerjakan shalat, dan ini tidak mengapa.


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiEVisBTS-ui61k-Y2ao0yrh4_XxIXxHa04Ln9yy2VBSMZQQlH9VFYXj8CnXkb8UBtvk9ogKiRxVq8701ufBXLDEDPJkyGJeuUA7Y4CjJwaHy10QF2WuTRZxbHh5rSJABF5mWxitCxfXa0/s640/shalat1.jpg

Namun jika kasusnya, ia sebenarnya ingat waktu shalat, namun karena alasan sibuk dengan pekerjaan lalu ia tunda shalatnya (hingga keluar dari waktunya) maka ini haram dan tidak boleh. Andaikan ia tetap mengerjakan shalat setelah habis waktunya, shalatnya tetap tidak diterima. Berdasarkan sabda Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam:

من عمل عملاً ليس عليه أمرنا فهو رد

“barangsiapa mengamalkan amalan yang tidak ada perintahnya dari kami, maka ia tertolak”

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan bahwa orang yang sengaja menunda shalat sehingga keluar dari waktunya tanpa udzur syar’i maka ia tidak bisa mengganti shalat tersebut. Karena sudah keluar dari waktu yang diperintahkan oleh syariat untuk mengerjakannya tanpa udzur, sehingga ia menjadi amalan yang tidak diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya.

Wallahul muwaffiq.

***



Sumber: http://islamancient.com/newsite/play.php?catsmktba=10316

Penerjemah: Yulian Purnama



Sumber | republished by (YM) Yes Muslim !